Sanghyang Siksa Kandang bukan sekedar sejarah tapi pedoman relevan

Sanghyang Siksa Kandang bukan sekedar sejarah tapi pedoman relevan

Filolog Anggi Endrawan menilai naskah kuno Sunda Sang Hyang Siksa Kandang Karesian dinilai bukan sekadar catatan sejarah, melainkan pedoman hidup yang memuat nilai-nilai kemanusiaan dan tata kelola pemerintahan pada masa kerajaan di Tatar Sunda yang relevan hingga masa kini.

“Tidak ada satu pun nilai-nilai kemanusiaan dalam naskah ini yang bertentangan dengan aturan modern. Justru bisa memperkuat identitas dan karakter bangsa,” kata Anggi di Bandung, Selasa.

Karenanya, Anggi berharap pemerintah, khususnya Pemprov Jawa Barat di bawah kepemimpinan Gubernur Dedi Mulyadi, dapat memberi dukungan serius terhadap pelestarian dan pengkajian naskah-naskah kuno dari Sunda.

Pasalnya, menurut dia, banyak naskah yang bermakna sangat mendalam. Seperti Sanghyang Siksa Kandang Karesian yang memiliki makna filosofis yang dalam dan relevansi tinggi terhadap kehidupan masa kini.

“Sanghyang berarti suci, siksa berarti ajaran, dan kandang karesian berarti aturan dengan batasan-batasannya. Naskah ini merupakan panduan hidup, termasuk dalam pengelolaan negara di zamannya,” ujar dia.

Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian, diungkapkannya ditemukan di Kabuyutan Ciburuy, Garut, namun diduga memiliki keterkaitan kuat dengan Kabupaten Sumedang, yang hingga kini tercatat masih menyimpan ratusan naskah kuno.

“Sumedang baru satu kali pencarian saja sudah menemukan lebih dari 100 naskah, totalnya 190. Ini membuktikan bahwa Sumedang adalah pusat intelektual sejak zaman kerajaan. Mereka sudah menghasilkan buku jauh sebelum era modern,” ucapnya.

Ia menegaskan, warisan intelektual ini menunjukkan bahwa leluhur masyarakat Sunda telah mewariskan sistem kehidupan yang matang dan bernilai tinggi.

“Ini membuktikan bahwa masyarakat Jawa Barat memiliki akar pengetahuan dan tatanan yang kuat. Sayangnya, masih banyak potensi ini yang belum digali,” ujarnya.

Diketahui, di Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Provinsi Jawa Barat terdapat prosesi pembacaan naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian.

Berdasarkan Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian ditulis pada tahun 1440 saka atau 1518 M, dalam bahasa Sunda kuno pada daun nipah.

Naskah ini oleh sebagian ahli dianggap sebagai pustaka ensiklopedik, yang sekarang tersimpan di Perpustakaan Nasional.

Naskah ini dibagi jadi dua bagian, yang pertama disebut dasakreta selaku “kundangeun urang rea” (ajaran akhlak untuk semua orang).

Sedang yang kedua disebut darma pitutur, yang berisi ilmu pengetahuan (pangaweruh) yang harus dimiliki oleh setiap manusia agar hidup berguna di dunia.

Meskipun dalam naskah ini berjudul karesian, isinya tidak hanya berkenaan dengan kaum agama, tetapi banyak bertalian dengan kehidupan menurut ajaran darma, dan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.

https://tjkongandtheatomicbomb.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*